FOTO JURNALISTIK (1) oleh: M. Gifari - Dosen STIK Semarang
Sesungguhnya, kekuatan foto jurnalistik terletak pada kemampuannya (foto tersebut) dalam merekam, mendramatisir, menyingkap dan mempropagandakan seluruh realitas selama Perang Dunia II. Foto-foto peristiwa tragis selama Perang Dunia II sangat membangkitkan emosi siapapun yang melihatnya.
Unsur-unsur jurnalistik dalam foto jurnalistik
Foto adalah suatu proses untuk mempersiapkan pemotretan, pelaksanaan pemotretan dan mengedit hasil pemotreetan unntuk durat kabar, majalah atau berkala lainnya.
Dalam mempersiapkan pemotretan, menurut Arthur Rothstein, ada tiga hal pokok yang harus dipenuhi agar pemotretan dapat berhasil yaitu:
1. presence (fotografer datang ke tempat kejadian pada saatnya)
2. instinct (fotografer haru tahu kapan mengambil gambar dengan tepat)
3. anticipation (agar dapat mengantisipasi dengan sungguh-sungguh dan dengan
peralatan yang sudah disiapkan)
-Soelarko,1985-
Melaksanakan Pemotretan
Pengambilan foto jurnalistik (foto berita) merupakan penggabungan kerja seorang fotografer dengan jurnalis/wartawan. Sebagai seorang fotografer, ia harus mengambil gambar dengan sebaik mungkin dan terikat dengan persyarratan yang ebrlaku dan sebagai seorang jurnalis/wartawan, ia emngadakan pengawasan terhaddap peristiwa yang memberitakannya dengan foto, menginterpretasikan fakta dan kejadian dan menulisnya dengan gambaar sesuai denga kaidah ilmu jurnalistik.
Foto hanyalah sekedar alat untuk mencapai tujuan dan bukan hasil akhir. Sementara tujuannya adalah publikasi. Sebagai seorang fotografer sekaligus jurnalis/wartawan, ia harus mengetahui foto-foto mana yang harus dipilih dan bagaimana harus mengedit sesuai dengan tujuannya.
Sebuah berita dalam jurnalsitik harus memenuhi usnur 5 W + 1 H, yaitu: What, who, Where, When, Why and How. Hal ini juga berlaku dalam foto jurnalistik. Meskipundemikian, tidak semuua unsur 5 W + 1 H bisa diungkapkan dalambentuk gambar (foto), seperti usnur When dan How. Sehingga untuk memvisualisasikan diperlukan adanya teks/caption.
Fungsi Foto dalam Jurnalistik, yaitu:
1. menarik perhatian pembaca (it captures the reader's attention)
2. menceritakan isi (it tells story)
3. memberi kualitas pada berita (it grades the news)
4. membuat berita lebih menarik (it helps make the news attractive)
Dengan adanya fungsi foto tersebut, maka foto mempunyai kedududakan dalam jurnalistik, yaitu sebagai berikut:
1. foto sebagai pelengkap berita
kedudukan foto adalah sekunder dan kedudukan teks/tulisan adalah primer. Foto
hanya sebagai pelengkap atau ilustrasi, misalnya foto penulis (dalam artikel),
foto orang (tokoh) terkenal. Dengan demikian jika foto tersebut tidak dimuat
tidak mengurangi nilai beritanya.
2. foto berbicara dengan sendirinya
Dalam pemberitaan ini, kedudukan foto adalah primer, sehingga tanpa tulisan/teks,
foto tersebut sudah dapat dimengerti. Foto itu kebanyakan kita temui pada jenis
foto human interest atau tentnag sosial/kemasyarakatan.
3. foto dilengkapi teks dan teks dilengkapi foto
Kedudukan foto sejajar dengan teks/tulisan, demikian juga teks/tulisan sejajar dengan foto. Jadi di sini kedudukan foto/tulisan sama-sama penting. Tanpa teks/tulisan, foto tidak ada artinya dan sebaliknya teks/tulisan, tanpa foto kurang lengkap visualiisasinya. Foto demikian biasanya terdapat pada foto berita karena tidak semua unsur 5 W + 1 H tidak bisa diungkapkan dalam gambar/visualisasi foto, sehingga digantikan dengan teks/tulisan/caption.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar